Malam hari adalah lapangan
kebaikan bagi orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi, waktu dambaan
ahli ibadah dalam mencari bekal yang terbaik guna mengarungi lautan
hidup. Sementara mereka yang tidak memiliki cita-cita agung larut dalam
kubangan maksiat bersama senandung iblis dan setan. Mereka lupa
menyiapkan diri dan jiwa menghadapi hari yang teramat berat beban
hitungannya
Sebagian orang soleh terdahulu berkata: “bagaimana mungkin mereka
berharap selamat dari beratnya timbangan amal sementara mereka tidur di
malam hari dan bermain-main di siang hari”. Sungguh amat menyedihkan
keadaan manusia zaman ini, menghabiskan waktu siang dan malamnya dalam
permainan yang tak bermakna.
Keheningan malam adalah waktu terbaik bagi kita untuk menata hati,
mengobati, merenungi apa yang telah berlalu, mengatur derap langkahnya
menuju kesuksesan dunia akhirat.
KEUTAMAAN SHALAT MALAM
Abu Hurairah dan keluarganya membagi malam menjadi tiga bagian.
Sepertiga pertama ia bangun dan shalat, sepertiga kedua istrinya bangun
dan sepertiga ketiga anak laki-lakinya bangun, dan mereka bergantian
saling membangunkan. Dalam hal ini Abu Hurairah melaksanakan Hadits
Rasul SAW yang berbunyi “Semoga Allah swt memberikan rahmat seorang
suami yang bangun malam untuk shalat kemudian membangunkan istrinya,
apabila istrinya menolak ia percikan air kemuka istrinya, semoga Allah
memberikan rahmat kepada seorang istri yang bangun dan shalat kemudian
membangunkan suaminya, apabila suaminya menolak ia percikan air ke wajah
suaminya “ (HR. Abu Daud).
Salah seorang ulama terdahulu bangun di malam yang sangat dingin,
saat meletakkan tangannya di bejana air, beliau merasakan sakit karena
saking dinginnya air itu, beliau ingin kembali ke atas tempat tidur dan
tidak wudhu, namun beliau paksakan mencelupkan tangannya ke dalam air
seraya berkata: “sungguh ini lebih ringan daripada panasnya api jahanam”